Home » » Dahlan Iskan “Anak Miskin Asal Magetan “

Dahlan Iskan “Anak Miskin Asal Magetan “

Written By Metro News Indonesia on Kamis, 07 Juni 2012 | 07.16


Jakarta , Metro News Indonesia
Satu nama lagi yang menjadi “kembang” berita, yakni Dahlan Iskan. Pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951 ini bahkan paling diburu pencari warta.Sejak dilantik Presiden sebagai Menteri BUMN bersama 33 menteri dan 19 wakil menteri lainnya, Rabu pagi, pemilik Jawa Pos Group ini terpaksa roadshow untuk memenuhi undangan stasiun-stasiun televisiswasta, tak kalah ratting dengan artis top ibukota . Media massa pun lebih senang menyoal Dahlan, karena dianggap menteri paling sensasi, nyleneh, dan sangat lugas
Sikap “semau gue” Dahlan memang menarik media, seperti yang pernah dilakukannya , menggratiskan pengguna jalan tol, sampai trurun sendiri kejalan menjual E-Tol .

Sebagai seorang pejabat tinggi, ia pun tak takut gagal menjabat menteri karena mengidap penyakit gawat. Dahlan blak-blakan menyebut penyakit kanker hati, seperti yang ditulisnya dalam buku Ganti Hati setebal 328 halaman.


Sepak terjangnya memang terlihat ketika dipercaya menjadi Direktur Utama (dirut) PLN sejak 23 Desember 2009 lalu. Kala itu, ia menyatakan tidak bersedia mengambil gaji, tidak mengambil fasilitas rumah dan mobil dinas.
 

Secara bercanda, Dahlan beralasan karena rumah dan mobil pribadinya lebih bagus dibandingkan fasilitas dinas. “Terus terang, saya ingin memberi contoh di PLN, biar sederhana tapi memenej dengan baik”, ujarnya.
Dahlan pun membuktikan ucapannya. Ia membuat banyak program pro rakyat di PLN. Di antaranya bebas byar pet se-Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 100 pulau pada 2011. Pada 2010, ia berhasil membangun PLTS di lima pulau di Indonesia bagian timur.

Bahkan, pada tahun 2012, Dahlan akan mengukirkan angan-angannya dalam mencetuskan energy mix sehingga bisa menghemat triliunan rupiah, dan jumlah mati lampu akan mencapai standar internasional untuk Negara sekelas Indonesia.

Ingin Bebas 

Ia mengaku sangat bahagia bisa mengukir karya di PLN. Oleh karena itu, suami Nafsiah Sabri ini mengaku sangat sedih ketika harus dipisahkan dengan PLN, yang telah membuatnya hidup muda kembali. Alasannya, ia segera ingin menjadi orang bebas. Hal itu juga terungkap dalam tulisannya berjudul Inikah Kisah Kasih Tak Sampai?

Tulisannya yang juga diunduh di website PLN itu mengungkapkan tentang keinginannya mengundurkan diri setelah bekerja tiga tahun di PLN atau pada 2012, dan menjadi orang bebas sesuai janjinya kepada istrinya.Ia yakin, dalam tiga tahun itu, PLN akan mencapai kejayaan dan rakyat maupun pengusaha sudah bisa menikmati listrik murah. 

Namun, keinginannya tertunda.Presiden justru memberinya tugas berat menjadi Menneg BUMN dan mengelola 141 perusahaan. Tugas itu diberikan ketika dia akan berangkat ke Amsterdam, Belanda, guna mendampingi anak sulungnya, Azrul Ananda, yang menjabat sebagai Dirut Jawa Pos, menerima penghargaan dari persatuan Koran se-dunia. Karena tugas itu, ia diminta membatalkan keberangkatannya ke Belanda.
Apakah ia akan seberhasil seperti ketika memimpin PLN? Dahlan cukup yakin.Kuncinya, harus kompak. Karena, menurutnya 80% ketidakberhasilan BUMN karena tidak kompak, dan 80% karena intervensi dari luar dan dalam. (Baca : Reformasi BUMN ala Dahlan Iskan)

Sukses Orang Miskin

Sukses Dahlan Iskan hingga menjabat sebagai menteri buah kerja kerasnya yang tiada henti.Ia dilahirkan dari keluarga miskin di sebuah desa cukup kering dan tandus di Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan.

Dahlan mengarang sendiri tanggal dan bulan kelahiran. Agar mudah diingat, ia memilih HUT RI, 17 Agustus. Sedang tahun kelahirannya 1951, Dahlan pun hanya memperkirakan dari keterangan ayahnya, yakni ketika Gunung Kelud meletus, Dahlan sudah bisa merangkak
.
Kehidupan yang miskin membuatnya harus mengikuti kakaknya yang bertransmigrasi ke Samarinda, Kalimantan TImur. Keinginannya waktu itu, ia ingin melanjutkan kuliah di IAIN. Namun, baru 1,5 tahun kuliah, ia memilih ke luar. Alasannya, mata kuliah yang diajarkan ternyata tidak lebih tinggi dibandingkan Madrasah Aliyah, tempatnya belajar di Magetan.

Ia kemudian bekerja sebagai wartawan sebuah Koran lokal di Samarinda pada 1975. Gajinya waktu itu tergantung tulisan yang dimuat. Pada tahun itu juga, iaterpilih menjadi satu dari 10 orang se-Indonesia yang mengikuti kursus jurnalistik LP3ES. Ketika pelatihan, ia ditempatkan di Tempo. Usai pelatihan, ia diminta menjadi wartawan Tempo.

Tahun 1976, Ia kemudian ditugaskan menjadi wartawan Tempo di Surabaya. Kariernya meningkat menjadi kepala biro.Pada 1982, Dahlan diminta memimpin Jawa Pos, yang waktu itu sudah megap-megap. Berkat kegigihannya, Jawa Pos Group kini sudah menggurita. Kini setidaknya ada 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di bawah Jawa Pos Group. Korporasi ini juga membangun pabrik kertas dan beberapa stasiun televise local, seperti JTV, Batam TV, Riau TV, Fajar TV, Palembang TV, Parijz van Java TV, dan Mahkamah Konstitusi Televisi (MKtv).

“Kerajaan” Dahlan makin menggurita dan merambah ke bidang lain, yakni listrik swasta hingga mendirikan PT Fangbian Iskan Corporindo, yang membangun serat optic sepanjang 4.300 km antara Surabaya dan Hongkong.

Kekayaan bapak dua anak, Azrul dan Isna Fitriana ini, berdasarkan LHKPN KPK per 30 Maret 2010 sebesar Rp. 48.7 milyar. Anak miskin itu kini sudah menjadi milioner dan bahkan menjadi seorang menteri “basah” yang menjadi incaran parpol. (RUDI )
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Metro News Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger